Mojokerto
Pada setangkai Selasa
Beraroma manisnya embun
Tertanggal 12 Mei 2009
07:06
Selasa ini aku bangun pagi. Menghirup udara segar saat kabut masih asyik menggeliat sedangkan burung- burung kecil menjaring angkasa. Jam digital hp memaparkan jam lima pagi. Lalu kupenuhi kebutuhan bathinku untuk bertegur doa dengan Sang Pencipta…
Mata benarnya masih begitu memaksa untuk melanjutkan pelayaran menuju bumi mimpi. Beban hidup membuatku banyak bermimpi belakangan ini. Freud bilang “dreams are unfulfilled intentions”. Dan segera saja kubenarkan itu. Karena dari banyak mimpi yang kuingat, hampir semuanya berisi tentang keinginan- keinginan hati yang belum sempat menjadi nyata…
Salah satu mimpi yang tinggali hatiku semalam adalah pertemuan dengan seorang pria romantis yang merupakan perhidupan dari salah satu tokoh lelaki di drama seri Korea yang kunikmati begitu jenak sebelum mengatupkan mata. Bisa jadi itu adalah keinginan mendasarku untuk temukan pria romantis yang akan lakukan apapun demi aku dan yang terpenting bisa membuatku tergila- gila padanya. Well, sampai sekarang aku belum sempat temukan tokoh seperti itu. Dan analisa kedua adalah, bisa jadi mimpi adalah hal terakhir yang kita pikirkan, lihat atau nikmati sebelum membuka gerbang mimpi. Lalu hal itu mengubah diri jadi mimpi. Dan bagiku, kedua analisa itulah yang terjadi secara bersamaan. Unfulfilled intentions dan hal terakhir yang ditonton!!!
Lalu aku mengeliat sebentar. Tapi tak dalam waktu yang sama dengan para kabut…
Ivan Arbani dan Jova masih mengumbar suara di udara. Lalu tertangkap telingaku. Lalu menambah tentramnya hatiku pagi ini. Terdengar begitu menghibur. Omong kosong yang begitu kunantikan setiap paginya. Setiap Senin hingga Jum’at. Tetap saja di Hard Rock FM Surabaya…
Aku tak rela melepas pagi ini. Begitu sayang untuk tak ditimang. Meski mata kini mulai gencar membujuk hati untuk kembali mengatup kembali. Karena bangun pagi bukanlah sebuah rutin bagiku. Sejak awal dua ribu lima atau bahkan sejak pertengahan dua ribu empat, aku sudah membiasakan diri dengan rutinitas bangun siang. Karena tak ada rutinitas di pagi hari. Lalu untuk apa bangun pagi?
Meity Piris absen pagi ini. Entah untuk alasan apa. Yang jelas, ketidak-hadirannya begitu terasa. GMHR tak lagi rame seperti yang seharusnya. Meski suara Ivan masih terdengar lantang tapi dia hanyalah lima puluh persen saja. Sedang selebihnya ada di Meity. Jadi pagi ini kemudian kupanggil “Pagi tak begitu sempurna”…
Sudah cukuplah aku membuktikan bahwa aku bangun pagi hari ini. Sekarang aku mau kembali pada Alice Greenfinger. Aku sedang mencandu permainan itu…
Bel tanda berakhir jam pelajaran pertama di SMP 1 Mojokerto baru terdengar…
07:29
No comments:
Post a Comment