Friday, May 8, 2009

dr. Dian Fatmawati...

Mojokerto
Di sebuah Rabu tertanggal 7 Mei 2009
Hatiku kembali meronta ingin berkata- kata…



Aku kembali bersama Palatino Linotype ukuran 12 di layar notebook hp ini…

Lalu…

Kumulai kanvas kata ini dengan sedikit rasa kantuk. Pagi tadi aku baru lelapkan mata saat jarum jam menunjuk kurang lebih setengah empat. Lalu aku terbangun oleh rutinitas untuk menyapa dengar Good Morning Hard Rock di jam enam pagi. Well, aku tidak membuka kesadaran tepat di jam itu. Aku baru membuka telinga di hampir jam tujuh. Karena mataku masih begitu kuat bertarikan dengan rasa kantuk hingga mereka tak mampu membuka diri. Kemudian dengan seperenpat kesadaran, kunyalakan radio dari SE 550i. Menggerak- gerakkan headset yang berperan jadi antena demi mendapati gelombang siar radio Surabaya itu. Lalu, berhasil!!!

Lalu…

Aku kembali terlelap untuk entah berapa masa sampai kembali terbangun oleh bunyi dering Flexi. Kubiarkan saja handphone hitam itu berdering karena aku sedang mau melanjutkan lelap…

Cahaya matahari pagi yang memaksa diri untuk menyelinap masuk rongga- rongga kecil jendela kamar mengembalikanku pada sebuah kesadaran bahwa hari sudah semakin menua. Lalu aku benar- benar terbangun di jam sembilan lebih…

Hari ini berjalan biasa…

Sampai kemudian….

Aku menuliskan beberapa helai kata sebagai sms…

“Ro, obat Doxycycline itu untuk apa yah? Suwun…”

Lalu kirimkan ke seorang sahabat begitu karib yang kini sudah menetap di Bandung…

Tak lama ada balasan…

“Itu anti biotik. Dosis tinggi. Jangan main- main dengan obat itu. Harus dengan resep dokter lho…”

Pesan itu berakhir hanya sampai disitu. Lalu bagai sebuah narasi, aku membalas pesan itu…

“Kemarin aku ke dokter…..”

Pesanku tak berhenti hanya sampai disitu. Isinya penuh satu sms. Tapi aku keberatan menceritakannya untuk semua. Jadi kuwakilkan saja dengan tiga tanda titik…

Lalu rasaku menjadi begitu aneh. Menjadi begitu terdominasi oleh kekhawatiran- kekhawatiran. Well, tentu saja aku mendapat balasan yang benar kuharapkan. Konsultasi jarak jauh itu berakhir dengan pernyataan…

“Oke deh. Semoga kunjunganku ke dr.Yusuf yang selanjutnya tidak dalam rangka konsultasi…….. tapi untuk periksa…”

Sekali lagi aku keberatan mengatakan yang selengkap- lengkapnya…

Karib itu adalah seorang dr. Dian Fatmawati. Dia memilih dipanggil Ro yang adalah kependekan nama Ronan. Nama yang dulu begitu dia gilai. Sewaktu dia masih duduk di bangku SMP yang sama denganku. Bagiku, dia adalah seorang perempuan dengan kehidupan hampir sempurna. Masa depannya yang begitu cerah, suami yang kuharap bisa benar membahagiakan dia juga fakta bahwa sekitar tiga bulan lagi dia akan segera menjadi seorang ibu. Betapa hampir sempurna nyawanya…

Aku yakin dia dulu terlahir dengan catatan masa depan yang begitu menyamankan...

Tapi…

Dia kehilangan sosok ibu di saat kue ulang tahunnya hanya ditumbuhi dua belas lilin kecil. Bisa jadi itu adalah kehilangannya yang terbesar…

Tapi Allah SWT begitu Maha Adil. Dia kemudian hidup dengan kemandirian dan kekuatan hingga kini dia mendapati segenggam kebahagiaan yang begitu hampir sempurna…

Oleh karena itu aku…

Tak pernah lepaskan keyakinanku bahwa aku masih punya Allah SWT yang akan selalu menjaga dan melimpahkan kebahagiaan padaku di waktu yang tepat. Dan kini aku berusaha bersabar menanti waktu yang tepat itu. Aku begitu yakin akan ada saatnya bagiku merasai kehampir sempurnaan seperti yang sedang dirasai karibku itu…

Tolong Amin- i semua doaku…
Terimakasih banyak…


Hari ini ternyata sebuah Kamis…
Bukan Rabu sebagaimana yang aku sangka…
14:28

No comments: