Wednesday, August 26, 2009

Vaska dan Radith


Mojokerto
26 Agustus 2009
Dengan nyala hati yang sedikit temaram oleh waktu…
Rabu malam…
9:59



Ini saatnya semua berakhir. Permainan hati ini sudah hampir menyentuh garis Finish. Sedangkan gemuruh tepukan semakin mengencang hingga aku sadar kalau sudah saatnya penentuan akhir. Penentuan mengenai siapa yang akhirnya keluar sebagai pemenang dalam permainan penjajalan hati ini…

Aku dan Radithya Javas Nararya…
Vaska Alteria dan lelaki itu…
Vaska Alteria dan Radithya Javas Nararya…
Va dan Radith…

Permainan sudah berlangsung beberapa lama. Terlalu banyak bahkan jika harus dihitung dengan satuan hari. Pun masih belum cukup sedikit jika dinyatakan dengan hitungan minggu. Bolehlah jika disebut beberapa bulan. Tak sampai menginjak satuan tahun. Tak terlalu lama memang, tapi intensitas sudah begitu meninggi hingga jika terus dilanjutkan akan menyebabkan kecanduan akut…

Vaska takut kecanduan…
Vaska tak mau kecanduan lelaki itu…
Vaska tak mau terlalu mengkiblat pada Radith…
Maka dia mendoa di bulan ini…
Benar memohon agar hatinya segera dijauhkan dari suara lelaki itu…
Dan tampaknya doa itu terkabul…

Ajaib. Karena tiba-tiba Radith merubah diri menjadi hampir tak dikenali Vaska. Tak dikenali juga tak disukai. Radith yang kini seakan menguapkan sisi kekaguman Vaska terhadapnya. Secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan apapun, Radith berubah seperti para lelaki biasa. Lalu Vaska kecewa. Dan perlahan sakit hati. Lalu dengan sukarela memutuskan untuk kehilangan dia selamanya…

Semua memang akan temui sebuah akhir…
Dan kini adalah kesegeraan akhir bagi mereka…

Vaska sedikit heran dengan semua yang ada. Dia merasa ada sesuatu yang dengan sengaja memisahkan dia dari kekaguman akan seorang Radith. Tapi dia tak tahu apa pastinya. Mungkin inilah keajaiban doa. Tak perlu ada logika. Tak perlu ada jalan visual. Jika Tuhan menjawab, maka tak ada yang tak mungkin…

Kini Vaska merasa lega….
Lega dengan keikhlasannya melepaskan diri dari Radith…
Lelaki yang dulu dikiranya “Terlambat Bertemu” dirinya…
Tapi ternyata dia sadar bahwa “Seharusnya Tak Bertemu”….
Yang ada hanya Vaska…
Tak ada lagi Radith…


10:24

Tuesday, August 25, 2009

Terlambat bertemu...



25 Agustus 2009
Pada sebuah Selasa di bulan Ramadhan
10:50



“Kalian terlambat bertemu!"

"Loh?"

"Iya. Jika kalian bertemu 3 atau 4 tahun yang lalu. Would it be the same? Would you be with him as you said he’s got 95 from you? Dan sekarang sudah sangat sulit, meski masih ada sedikit sekali kemungkinan karena jodoh hanya sebuah rahasia yang seringkali melewati jalan berbatu dan berbelok. Dan sekarang, dengan apa yang sudah kamu punya, apa yang kau rasa tentangnya? Tak ada rasa sedikitpun? Atau kamu berusaha melebur rasa yang ada?”


Di sebuah siang yang begitu terik, Lila mengetik barisan kata-kata itu. Melalui Yahoo Messenger. Tak terlalu kaget aku membacanya karena kenyataanya aku duluan yang menyadarinya. Beberapa entah yang lalu, aku menyadari kemungkinan itu. Kemungkinan bahwa bisa jadi aku dan Radithya terlambat bertemu. Bahkan aku pernah juga mengandaikan aku tak berada di posisi ‘pasti tak bisa memilih lagi’ seperti ini. Dan aku membayangkan apa yang akan kulakukan. Apa aku akan segera menahannya agar selamanya bersamaku? Sepertinya iya. Tapi sayang hal itu hanya sebuah pengandaian yang begitu lintas waktu.

Kunamai ‘dia’ Radithya Javas Nararya.

“Jangan mikir aneh-aneh…”

“Aku heran saja pada kalian berdua. Kenapa begitu sama. Jangan-jangan dialah sebenarnya jodohmu dan kamulah sebenarnya jodohnya. Tapi karena kamu sudah bersama dengan yang lain, dia masih menunggu jodoh yang lain hingga sekarang. Dengan usia yang terlalu matang. Dan suatu kala dia bilang kalau mencari pendamping hidup yang sevisi.”

“Jodoh itu saling melengkapi makanya tak pernah sama. Kamu bilang bahwa aku dan dia sevisi, berarti kita bukan jodoh karena itu artinya kami tak bisa saling melengkapi. Karena kami sama.”


Lalu Lila berhenti mengetik sejenak. Karenanya aku lanjutkan…

“Bisa jadi demikian. Bahwa aku dan dia memang terlambat bertemu. Mungkin jika waktu tak masalah dan aku masih ‘bisa memilih’ maka aku pasti akan memilih bersamanya yang jelas-jelas telah dapati 95% kriteria dariku. Tapi aku tak yakin dan tak mau memastikan menghentikan rasa hanya padanya. Karena pada dasarnya aku tak begitu percaya yang dinama cinta dan pengabdian hati. Bagiku perasaan hanya bersifat sementara karenanya akan selalu terbarui dengan berbagai hal. Bisa jadi akan tertindas rasa-rasa baru untuk dia-dia yang lain. Well, yang jelas aku sudah pernah merasa ‘aku dan dia terlambat bertemu’ dan ‘he’s just to good to be true’ jadi yang kubisa hanya melanjutkan semua yang sudah berjalan selama ini. Melanjutkannya dengan rasa yang sama dan tanpa banyak berpengharapan.”

Lalu aku dan Lila berlanjut dengan baris-baris kata yang lain. Beberapa masih tentang aku dan Radithya Javas Nararya. Beberapa tentang rencana masa depannya. Lalu tiba-tiba kubilang…

“Be with him…He’s a good man. Make him yours.”

“Hahahaha….Aneh-aneh saja. Males banget karena dia kan ‘sisa’ darimu.”

“Sisa tapi kalau masih qualified, kenapa tidak? Lagipula dia sudah lolos tes. Dan hasilnya menakjubkan, hampir tak bercelah.”

“Well, masalahnya dia seorang SE…..”


Lalu kusimpulkan bahwa Lila sebenarnya suka pada Radithya. Setidaknya dia memperhitungkan Radithya juga meski ada tapi yang terbaca begitu tak berlogika karena hanya masalah SE...



11:13