Thursday, July 23, 2009

Jangan pergi, Ratri


(Masih) Mojokerto
Tertanggal 23 Juli 2009
Di hari Kamis
12:20



Jangan pergi, Ratri…….

Kalimat itu akhirnya terlontar juga. Terpaksa keluar dari hatiku karena desakan rasa takut kehilangan. Meski aku tahu pasti tak ada guna mengatakannya. Karena lelakinya mengharapkan dia dan dia mencintai lelakinya dengan porsi sangat berlebih. Dia pasti akan berangkat. Dia pasti akan pergi. Dia pasti akan berpamitan padaku. Dan kita tak pernah tahu sampai kapan akan kembali terpisah terlalu jauh. Bahkan lelakinya itupun tak bisa beri jaminan sampai kapan akan membawa Ratri pergi….

Kali ini aku berkata tanpa rasa iri atau tertinggal darinya. Kali ini aku berkata dengan ketulusan. Dengan hati yang nyaman oleh kehadirannya. Sayang sekali rasanya jika akhirnya aku harus jauh darinya….

Sejak entah kapan aku mengganggap diriku adalah sahabat baginya. Aku menganggap kami adalah soulmate kembar sebagaimana lambang zodiak kami yang adalah Gemini. Aku merasa hati kamu begitu saling mengikat. Bisa jadi karena kami lahir di hari yang berurutan jadi punya ikatan batin yang cenderung cocok. Aku lahir ditanggal 26 Mei. Sedang dia lahir sehari setelahku…

Jalan hidup yang semakin berliku di usia yang semakin mendewasa membuatnya merasa sedikit kehilangan arah. Dia limbung seketika. Dia kehilangan keceriaan yang sudah lama mendarah dalam nafasnya. Dia kemudian berubah menjadi sedikit pemikir dan pendiam. Wajahnya berubah muram oleh keluh. Tangisnya kembali ada meski selalu tertahan di dadanya. Yang pasti Ratri sempat tak jadi Ratri yang delapan tahun lalu kukenal…

Lalu tiba- tiba…

Aku menemukan Ratri yang dulu. Ratri yang selalu menasehatiku "Jangan boros!". Ratri yang begitu mudah tertawa lepas. Ratri yang begitu gampang dibuat senang. Ratri yang begitu menikmati dirinya sendiri. Ratri yang berputar- putar dengan daster lebar yang dipinjamnya dariku. Ratri yang sedang lupa beban serta kelokan- kelokan hidupnya…

Aku menikmati dirinya kala jadi seperti dulu…

Namun…

Lelakinya sedang mengingininya. Lelakinya sedang mengharapkannya dekat. Dan diapun demikian. Meski dia sempat ragu untuk mendekat. Tapi nalurinya sebagai istri memperkuat keputusannya untuk lakukan yang lelakinya ingini….


Ratri akan segera tinggalkan Kediri…
Lalu berpeluh di ibukota…
Entah sampai kapan…
Maka tak lupa kuberkata…
Jangan pergi, Ratri…



Untuk sahabat yang semoga hatinya segera cerah kembali…
Cheers!!!
12:49

No comments: