Friday, July 3, 2009
Hatiku menangis begitu deras…
Mojokerto
3 Juli 2009
Jum’at yang terasa bagai Kamis
15:02
Gerah kembali mengepungku dalam lelehan peluh. Sendiri menghibur diri. Menganggap semua yang sedang ada diluar sana memang tak benar- benar pantas untuk kunikmati. Sejatinya aku sedang menyekap diri dalam bilik hidup yang sendiri ini. Sedikit enggan ikut serta berteriak di hiruk pikuk alam. Karena khawatir akan kembali teserat oleh angin rasa bersalah dan debu ketertinggalan. Aku hanya sedang berusaha meredam semua rasa yang sebenarnya ada sebagai nyata. Karena aku masih saja tak mampu berbuat banyak untuk mengubah apapun. Maka aku hanya mencari pembenaran sambil minggir dari lalu lalang kolega agar tak tertabrak lalu sakit dan miris lagi…
Berita bahagia itu benar- benar membuatku semakin jatuh dalam kemirisan. Sekali lagi aku tertinggal oleh lainnya. Sedih lalu begitu mendominasi. Maaf, kawan. Maaf karena aku tak bisa secara ikhlas berbahagia atas bahagiamu. Maaf karena bagaimanapun akulah yang tertinggal. Perjuangan dan doamu yang tanpa henti telah mengangkatmu kembali pada posisi yang benar. Aku tahu ini hanya akan menunggu waktu. Aku tahu meski berusaha terus menutupi ketahuannku ini…
Maafkan aku, Adri…
Aku harus tetap kuat. Berjalan lagi. Meski kini sambil cecerkan beberapa air mata iri. Karena akulah yang ditinggalkan. Lalu aku harus apa? Perjuanganku tak pernah keras. Doaku juga seringkali terputus. Lalu apa yang bisa kuharapkan? Tak ada…
Seandainya hidup bisa diulang kembali maka aku akan kembali menata hidup. Menata arah. Memperbaiki sekatan hati. Memperkuat niat dan jiwa juang. Lalu aku akan mendapati yang jauh lebih berharga dari hanya ini…
Maaf jika aku kembali menangis sedih atas bahagia orang lain. Maaf karena aku terlalu lemah dan hanya bisa berperan sebagai penunggu saja. Aku tak pernah punya keberanian untuk memperjuangakan bahagiaku sendiri. Aku terlalu pengecut untuk bisa hidup bahagia. Dan aku terlalu jahat karena mengharap semua akan merasa sama sepertiku. Aku terlalu manja untuk takut berada di sekat hidup ini sendirian…karena nyatanya aku mau selalu ditemani…
Ya Allah…pertanda apalagi ini? Apa ini pengingat untukku? Apa ini yang Kau harapkan menjadi penguatku dalam berjuang? Apa ini adalah pertanda dariMu kalau aku seringkali menolak mendekatiMu? Masya Allah….
Semoga hatiku akan segera merasa nyaman kembali. Nyaman pada titik yang memang menyamankan. Semoga aku segera dipertemukan dengan kesadaran tentang hakekat perjuangan hidup dan ditempatkan pada posisi terbaik untukku. Amin…
Hatiku menangis begitu deras…
15:19
Labels:
sadness
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment