Kediri
Pada sebuah pagi yang masih begitu dini
Tertanggal 6 Juli 2009
02:44
Berdasarkan konvensi hari ini sudah berhak dipanggil Senin. Meski masih berbentuk jabang bayi. Hampir semua nyawa nyata telah terlelap dalam keping- keping mimpi. Lalu yang tertinggal hanya keheningan….
Tapi wanita muda itu masih terjaga. Nyawanya masih begitu utuh. Dan rasanya masih benar peka. Lalu kembali dia dapati pecahan masa lalu yang sempat menolak untuk dia temukan. Bongkahan maya yang kemudian muncul sebagai suara. Kembali seperti semula karena benarnya dia dan lelaki maya itu tak pernah sekalipun bersentuhan nyata. Hanya terbentuk dari deretan rapi kalimat klise yang sulit diterka maknanya hingga wanita itu tak pernah benar paham sisi benar lelaki mayanya itu. Setelah sekian masa dia menguap tanpa berpamit, malam ini lelaki itu menggores kembali bayangan suaranya. Kembali menjadi setengah nyata namun tetap maya…
Lelaki itu adalah Omar Randu…
Wanita muda itu adalah Belva Purnama…
Namun tak jarang dia mengubah diri menjadi Vaska Alteria…
Omar Randu dulu ada sebagai maya…
Lalu dia menguap bagai asap tertelan pekat…
Tanpa pamit juga lambaian…
Sedangkan…
Belva merasa mempunyai beberapa ikat rasa kehilangan atas kepergiaan Omar…
Entah karena apa…
Bisa jadi karena kenyamanan yang dulu sempat menyubur dihatinya…
Kenyamanan yang tak pernah jelas ada karena apa…
Yang jelas kenyamanan itulah yang lalu memaksanya mengalih diri menjadi nyawa lain…
Menjadi bentuk hidup lain…
Menjadi Vaska…
Belva Purnama menjadi Vaska Alteria…
Karena…
Satu, tak ingin melepaskan kenyamanan oleh adanya seorang Omar…
Dua, tak mau merasa bersalah karena mengingkari kebenarannya…
Singkatnya, Belva mau tetap menjadi setia lalu beralih menjadi Vaska untuk nikmati kenyaman bersama Omar…
Kini Omar yang dulu sengaja lebih menyamarkan diri tiba- tiba kembali dan menemukannya, dia gamang. Danau harapannya atas Omar telah banyak yang merembes terserap tanah. Hilang meski masih sedikit tersisa. Namun tak seberkah dulu. Karena Belva merasa tak mungkin kembali bersapa maya dengan Omarnya. Dan perlahan, dia melepaskan diri dari Vaska. Saat Omar lalu menyentuh dengarkan suara mayanya, wanita itu tak tahu pasti akan berperan sebagai apa dia malam tadi. Tetap sebagai Vaska kah? Atau Belva?
Belva dan Vaska muncul secara bersamaan. Mereka merasa sedikit bahagia. Sedikit biasa…
Lalu…
Belva dan Vaska berbincang dengan Omar. Perbincangan itu terasa begitu memotong masa. Pengakuan demi pengakuan lalu lancar terurai. Tak lagi layaknya benang teruntai. Pengakuan- pengakuan yang terasa begitu seharusnya…
Belva kemudian memutuskan untuk meleburkan Vaska. Dia memutuskan untuk tetap menjadi Belva. Karena dia lelah terus beralih. Dia juga sudah begitu jengah dengan lelehan rasa bersalah. Bersalah kepada Omar Randu. Bersalah pada seseorang yang telah begitu baik menyamankannya…
Omar kini bersentuhan dengan Belva. Bukan dengan Vaska. Lalu berjanji: Mari kita berteman di dunia nyata…
Maka…
Wanita itu pamit setelah menuangkan semua yang enggan begitu saja dia lupakan…
03:33
No comments:
Post a Comment