sudah lama ingin ku katakan, namun kau belum juga kutemukan.
sudah sering kurenungkan, akan kulakukan, seandainya waktu mengijinkan.
kutempel gambar-tiada mu di seluruh dinding kamarku. untuk menepis resah jika terjaga tiap tengah malam. untuk menyungging senyumku jika hari terlalu tak bersahabat. dan yang jelas, untuk menemani hari-hari tak bertemanku. aku tahu, katamu, tidak akan ada yang abadi. termasuk betapa idealnya konsep hubungan absurd ini. biar saja, kataku, selama kita sama menikmatinya dalam batas ketiadaan masing-masing. tidak ada kamu-yang sebenarnya di sampingku. juga tidak ada sekepingpun aku di sisi fisikmu. namun tetaplah yakin, ada kita berdua di tiap detik-detik melelahkan hari-hari mu dan ku. di udara, di air yang mengguyur, di tiap hawa sendiri pagi, sore dan malam hari. kau, inspirasi maha dahsyatku.
aku tak kan keberatan pulang cepat untuk merasa ada kamu yang menungguku duduk ngobrol dan minum teh. aku tak kan keberatan bangun pagi untuk memenangkan taruhan siapa yang kan lebih dulu memberi ciuman selamat pagi. aku tak kan keberatan bercerita tanpa rahasia denganmu, dengan segenap kesadaranku akan tiadamu yang selalu. akan kulakukan semua yang dilakukan pasangan pemenang penghargaan “CInta seJati”. betapapun aku dan kau tahu, itu hanya segumpal lelucon yang akan selalu mencair dalam tawa-tawa kita.
jangan merasa lelah untuk menemukanku. aku tahu jalan itu berliku, kadang berpintu mati, berdinding-dinding putus asa, bergambar ilusi-ilusi yang tampak jelas tak masuk akal. dengarlah, intuisi bukan hal rasional. jangan pedulikan kata logikamu. teruslah ikuti hatimu, menujuku, suatu saat nanti. pelukku, selalu menunggu haribaanmu. dan menunggumu, adalah proses kreatif yang menyalurkan banyak energi ganjil yang meletup-letup hikmat dalam tiap atom lokus otak. menjadi tawa lucu, menjadi merah tersipu, menjadi derai-derai air mata kelelahan.
seandainya kau tahu, semua petuahmu tlah tersampaikan oleh udara. semua pesan “bertahanlah”mu kepadaku telah selalu terngiang jika aku kembali menatap nanar pada ketiadaan tak berujung ini. pada ketiadaan kita yang selalu akrab, yang belum usang. adakah jika waktu telah menggeliat dan menampakkan diri kita masing-masing, aku akan merasa ini justru asing? seperti kita tak pernah saling kenal dalam kejauhan dan ketiadaan. lucu juga, mengapa aku harus menafsirkan adamu jauh dariku, sedangkan aku belum juga tahu dimana kau sesungguhnya. mungkin saja engkau terlalu dekat untuk diucap, hanya saja sedang tersekat tabir ‘belum waktunya’.
well, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. untuk waktu yang terlewat dan tersisa dalam mencarimu. mencari senyummu yang aku yakin pasti ku kenal pada temu kita. kau yang perkasa, karena tak jera pada waktu. kau yang tak terkalahkan berbagai dilema. kau yang digdaya jika selalu percaya pada adaku, ilusi terbesar dalam hidupmu.
bagiku, kau abadi. karena tersimpan rapat dalam harapan. terkunci mati dalam pikiran. kau tercipta dari doa orang-orang sepertiku, yang merasa tak punya pilihan selain menjalani hari dan berharap Tuhan masih menyisakan belas kasihan untuk mencipta seorang malaikat berdarah dan berdaging, yang akan mendampingi riang keluh kesahmu. selalu.
1 comment:
untuk siapa ini? untuk lelaki yang sedang "menjalani kejauhannya" denganmu atau untuk "soulmate sejati" yang masih sedang dalam pencarianmu?
Post a Comment