Friday, October 23, 2009

Hampa...

Mojokerto, 22 Oktober 2009
Di sebuah Kamis tanpa desis gerimis…
Hanya miris yang terus mengiris…
18:10



Hari ini begitu membosankan. Rasa hati yang tak berbentuk membuatku merasa tak ada yang bisa dilakukan. Memandang layar televisipun sama sekali tak membantu. Hiburan-hiburan itu hanya ternilai sebagai gerak tanpa arti. Sama sekali tak beri guna. Tapi karena tak ada pilihan lain, maka kupaksa mata terus menatap layar. Hati masih tetap hampa…

Lalu aku merasa mendapat cara lewatkan hari. Betapa waktu terasa begitu perlahan berlalu. Betapa jarum jam terasa begitu lambat merambat. Meski hati sadar kalau hari ini takkan terulang lagi tapi aku sungguh rela segera bertemu sapa dengan esok. Lalu aku terlelap. Begitu lama hingga raga terasa begitu tak ada daya pun guna. Berganti dari tempat satu ke tempat lain. Hanya demi sebuah kenyamanan dalam lelap. Karena aku bahagia kala terlelap. Karena aku tak mau terjerat dalam lambatnya rambatan waktu…

Berkali-kali aku telusuri hati demi dapati apa yang sebenarnya hati ini maui. Tapi tak juga kudapati sebuah jawaban pasti. Yang aku tahu hanyalah bahwa hatiku menangis halus. Meratapi kehidupan yang baginya semakin tak menentu. Menyesali jalan yang dulu telah terlalui. Hingga akhirnya aku terdampar pada sisi kehidupan yang ini…

Cinta tak banyak membantu. Sahabat sedang berada pada kebahagiaan hingga tangis bisuku tak mungkin terasa olehnya. Teman-teman juga sedang berhamburan menjemput mimpi. Dan aku hanya disini bersama harap agar waktu segera berlalu. Meski aku sendiri tak pernah tahu apa yang sedang kuingini. Terlalu lelah mengharap, bermimpi lalu kecewa oleh kenyataan. Aku tak mau lagi kecewa. Tapi hidup tanpa ingin seperti ini juga tak begitu menyamankan…

Dulu banyak yang menyita hati. Bahkan rinai lembut gerimis mampu membangkitkan romantisme. Lelehan air hujan di kaca jendela adalah pemandangan menentramkan. Bising suara angkot adalah musik pertanda kehidupan. Begitu menghibur meski kadang datang tanpa bisa terhentikan…

Entah apa yang sekarang sedang salah. Akukah yang sedang kehilangan rasa dan kepekaan akan indahnya dunia? Ataukah waktu memang sedang menguji ketahanan jiwaku? Apa aku sedang merasa berlebihan dan tak sedikitpun bisa bersyukur? Kemana semua sahabat? Kemana semua teman? Kemana semua pewarna kehidupan? Kemana mereka semua? Apa yang salah denganku hingga akhirnya aku merasa ditelantarkan sendiri bersama sepi seperti ini? Katakan apa yang salah. Dan mungkin aku akan memperbaiki semuanya. Hanya agar semua kembali kepadaku. Hanya agar aku bisa lebih menikmati detakan jarum jam. Hanya agar aku tak menghamba pada kebosanan. Dan hanya agar aku merasa sebagai manusia yang juga bisa tersenyum dan tersentuh bahagia…

Mungkin aku hanya sedang kelelahan. Butuh istirahat. Butuh sedikit waktu hanya bersama diri, bukan bersama bosan…

Kata-kata ini semakin tanpa arti. Semakin tak mengarah kemanapun. Hampir sama dengan hidupku kala ini. Karena aku juga merasa tanpa arah. Tanpa tujuan. Hingga lalu merasa tak punya rambu untuk dipatuhi. Juga mimpi untuk ditepati. Dan aku benar tersiksa oleh rasa ini. Berharap bisa segera beranjak dari hidup yang hanya hitam putih ini. Mencari kembali pewarna lalu susuri hidup sambil tersenyum dan sesekali tertawa lepas…



Hanya seorang diri di kamar ini…
Terasa begitu membosankan…
18:55

No comments: