Kediri
Pada sebuah hari bernama Rabu
17 Desember 2008
21.17
Bedanya kali ini aku sedang menghisap malam di Café Minie
Pada sebuah malam yang masih saja sama seperti biasa, dimana aku tidak merasa harus melakukan sesuatu karena suatu kewajiban atau memang aku adalah hamba dari sebuah rutinitas. Semua berjalan berdasarkan apa yang aku maui. Faktanya aku adalah seorang manusia yang berstatus biasa sehingga, untuk kesekian kalinya, aku merasa tidak bisa terima keadaan. Kembali merindui keterpaksaan yang sekarang sudah melayar jauh dari pelabuhan hidupku.
Semakin aku mencintai malam...
Malam serasa menjadi sebuah masa dimana aku bisa lebih menikmati nyawa kehidupan. Sebuah masa aku bisa bebas berlalu lalang dalam remang dan merasa begitu aman karena terlindung oleh kelam.
Sejenak terhenti oleh sebuah kematian rasa alirkan kata untuk kureka kembali dalam layar. Apalagi…
Cappucino hot itupun sudah tidak lagi hot. Kuantitasnya juga sudah sangat berkurang. Hampir punah, bahkan. Tetap saja aku merasa sudah pernah menuliskan apapun yang aku rasa hingga kali ini aku merasa sangat puas dengan tulisan. Tak ada lagi yang tersisa untuk bisa dilarutkan dalam lautan kata.
Beberapa lelaki masih tampak begitu menikmati malam, sama persis sepertiku. Bedanya adalah perasaan hati mereka. Aku berani bertaruh mereka sedang tidak punya terlalu banyak beban hingga punya waktu lebih untuk bersenang- senang di tempat remang ini.
OST. Lonely by Akon
Terasa sangat representatif untuk rasaku belakangan ini.
Nyawaku sedang nikmati lampu- lampu itu. Indah berkerdip seakan- akan tahu kapan harus menyala untuk kemudian digantikan oleh koleganya. Begitu bergantian hingga pukul sebelas malam. Saat beristirahat untuk kembali dimanfaatkan esok hari.
Bangku- bangku kayu nampak elegan karena cahaya masih meremang. Gagah bertengger lindungi sebuah meja kayu dengan bagian tengah kaca. Begitu serasi dan menanti siapapun untuk kemudiuan mengabdi, sekali lagi, sampai jam sebelas malam.
Aku hendak beranjak tapi malam masih begitu muda. Kuurungkan niatku. Lebih bagus tetap berada pada keremangan untuk tetap rasai aman dan tak terganggu. Melihat sisi lain waktu. Tetap saja semua terasa sungguh biasa saja, tak berikan sebuah kesan apapun.
Empat orang remaja juga menyibukkan diri dengan obrolan entah apa. Antar sesamanya. Mungkin tentang perempuan. Mungkin juga tentang rencana masa depan. Bahkan, mungkin, sedang saling mencari topik untuk diperbincangkan. Jadi mereka ngobrol tentang topik apa yang pantas diobrolkan. Bahasa biasanya adalah bermusyawarah untuk dapatkan mufakat berupa topik obrolan malam ini. Wajah salah satunya tidak terlalu cerah. Bisa jadi karena sedikit tertutup oleh aroma remang ini. Atau baru putus cinta.
Dua remaja gabungkan diri. Duduki bangku kayu yang tadi kubilang sedang gagah menanti untuk menghambakan diri. Jemarinya mengapit rokok. Sama- sama berwajah ceria seperti kala hari masih bersebutan pagi.
Lalu bagaimana dengan aku?
Berada disini dengan magic screen ini. Terus berusaha tuangkan apa yang bersedia dituang disini. Secangkir Cappucino yang tadinya bernama hot sudah terlelap dalam tidur abadinya. Terserap raga manusiawiku. Meski sebenarnya yang aku maui adalah Cappucino cold, tetap saja aku menghargai kesalahan ini. Tidak terlalu buruk juga sebenarnya. Karena intinya adalah bagaimana kita menikmati apa. Kesalahanpun bisa jadi kenikmatan saat kita tahu bagaimana cara melupakan bahwa ini adalah sebuah kesalahan. Just enjoy it and it’ll be so damn enjoyable!
Aku kembali masuki dunia imaji ini setelah selama beberapa hitungan detik melipat tangan di depan dada sambil membiarkan hati dan otak bernegoisasi. Lalu apa hasilnya? Entahlah. Mereka masih belum melapor.
MTV Room Raider…
Terpaksa aku nikmati. Ini satu- satunya hiburan yang tersaji ditempat mini yang karena keminiannya ini sengaja dinamai Café Minie. Dibubui huruf e mungkin hanya untuk keperluan estetika saja.
Ini saatnya aku berhenti. Tak lagi memaksakan hati dan otak berkoordinasi hasilkan beberapa deretan kata bermakna entah. Sekian saja untuk malam remang kali ini. Besok aku janji akan datang kembali.
Aku mau kembali merenggut kebebasan Mozilla untuk kusebut sebagai hambaku.
Terimakasih buat semua yang sempat jadi sumber inspirasiku hari ini
21.49
No comments:
Post a Comment