Sunday, March 29, 2009

Malas melukis kata...


(Masih juga) di Kediri
(Masih juga ) tertanggal 22 Maret 2009
Kala hari (masih juga) bernama Minggu
Mungkin hanya rasa yang mampu beri beda…


Bumi memang selalu memberi adil bagi semua yang ada di dalamnya. Senyum akan selalu datang membawa serta tangis. Bahkan musim hujanpun merapat bersama keringnya kemarau. Oleh karena itu ada yang disebut binari oposisi. Dan sekarang aku benar mengalaminya…

Aku memulai pagi ini saat waktu masih lekat pada lima kurang lima belas menit. Lalu aku melanjut rajutan mimpi yang masih tertinggal di pelupuk mata untuk kemudian menghela hidup dikala waktu berusia delapan lebih beberapa menit. Dan aku terbangun dengan rasa begitu lezat. Aku terbangun saat bagiku kehidupan sedang melunak. Aku memulai kesadaran di kala urat nadi berbalut kulit bahagia. Mataku menikmat hari yang kurasa begitu lezat. Intinya, semua terasa (tak hanya terlihat) begitu melegakan.

Lalu aku menjulur nyawa untuk temui situasi. Menyulur merangkai kenangan baru. Membentuk kisah klasik untuk masa depan (jika kuboleh meminjam istilah Sheila On 7). Tepati janji lagi. Bertegur sapa dengan beberapa nyawa. Memapar senyum. Menjahit kembali rangkaian kain persahabatan yang lama terseret waktu. Berharap semua akan sama membahagiakannya dengan masa kemarin. Namun nyata tak selamanya berpagutan dengan harapan. Dan kali ini mereka sedang saling menjaga jarak. Entah untuk tujuan apa. Bisa jadi untuk menyadarkan aku betapa hidup tak selalu bisa diperkirakan. Bisa jadi juga untuk membuatku jera berpengharapan. Begitu banyak mungkin di bumi ini.

Ragaku merasa sedikit lelah jalani semua bentuk kesenangan instant ini. Kupaksa bekerja menopang jiwa dengan durasi jauh lebih lama. Tanpa ucapan Terimakasih, meski cuma sekali saja.

Aku terserang rasa malas yang akut. Aku malas melanjutkan lukisan kata ini.

Sampai berjumpa….



18:45

No comments: