
Kediri
Saat aku merasa sangat kehilangan…
Bernama Jum’at tertanggal 28 November 2008…
Hari akan segera berganti nama…
23.58
Akhirnya aku berakhir. Aku hilang dan akan segera mundur dari ingatan semua yang sempat ada sebagai bagianku. Hatiku rasanya ingin sekali berontak. Mengutuk perubahan yang akan segera datang. Kali ini aku lemah lagi. Merasa sedang dikuasai perasaan sakit karena akan segera hidup sebagai sebuah entah dan tidak lagi bertemu dengan rutinitas yang baru saja aku ucapi selamat berpisah. Air mata ini rasanya begitu kuat membujuk retinaku agar dia bisa bebas cicipi udara fana. Dia berhasil. Aku sedang menangis tanpa suara.
Hari ini adalah sebuah akhir yang mengharukan. Tiba- tiba saja aku harus berjabat tangan dengan beberapa orang sambil mengucap “Terimakasih banyak dan maaf atas semuanya. Selamat jalan. Good luck!”. Hatiku terasa begitu sakit mendengarnya. Jabatan tangan yang mungkin akan jadi yang terakhir. Aku bisa merasakan hangat dan eratnya persenggamaan itu. Yang terpenting aku bisa merasakan adanya perpisahan diantara kami.
Maaf, aku harus rehat sejenak demi sebuah janji dan panggilan hati untuk puaskan diri dengan kehadiran seorang maya yang datang bersama bahagia. Berbincang sambil dengan sekuat tenaga menahan hati terdengar lemah dan tidak tegar. Tetap saja, suara dan helaan nafaslah yang jauh lebih jujur dan bisa dipercaya. Dia pasti menilaiku lemah dan aku tidak rela siapapun tahu manusia seperti apa aku ini.
40 menit berlalu dengan tinggalkan cahaya terang dihatiku. Beban dan rasa kehilanganku mendadak hilang terseka suara itu. Sekali lagi aku merasai kekuatan hati yang bisa seenaknya mengubah diri dari sedih menjadi cerah. Dia begitu kuat menarikku keluar dari kelamnya hati. Terimakasih untuk seorang Omar Randu.
Aku masih berteman asap dan gemeritik api menghabisi batang ini. Batang kedua hari ini. Alasannya hanya karena aku tidak mau merasa sendiri meski sebenarnya aku sedang butuh menyendiri dan melukiskan panorama hatiku yang sekarang ini bisa dikatakan sedang berwarna kelabu.
Only Human- nya One Litre Of Tears, Winter Sonata dan Sarang Han Da Myun sengaja kuundang malam ini. Mereka menghiburku dengan cara menyajikan aroma pedih sebagai menu utamanya hingga membuatku merasa sedikit berteman. Kuminta mereka menghiburku berulang- ulang sampai aku merasa kuat menggulung waktu sendiri.
Otakku tiba- tiba terbangun dari kenyamanannya. Asap yang terhirup mungkin telah membangunkannya dari segenggam kenyamanan. Berontak dengan cara mengubah posisi komposisi raganya sendiri yang tentu saja berpengaruh pada kondisi anatomiku. Tenang saja, aku bisa bertahan setidaknya sampai kemudian aku memutuskan untuk mencumbui batang ketiga.
Sekarang hatiku sedikit nyaman, mataku tidak lagi bertirta dan ingatanku tentang apa yang tadi sengaja terjadi sudah sedikit meluntur oleh bilasan waktu dan gumpalan asap itu.
Hari sudah berganti nama pun berganti nomor punggung. Semoga hari ini semua bisa baik- baik saja.
Mulai sekarang aku harus jalani kebiasaan baru…
Tidak mudah bagiku tapi aku sudah tidak bisa lagi melangkah mundur…
Saat detak jarum jam saja yang hinggapi indra manusiaku…
01.48
No comments:
Post a Comment