Mojokerto
Tertanggal 6 April 2009
Masih di sebuah Senin
14:20
Begitu cepat hati berubah rasa. Pagi tadi aku masih nyaman dengan semua yang aku punyai. Sekaligus dengan semua yang masih belum kumiliki. Lalu aku bisa dengan perasaan lenggang mengukir kata tentang televisi. Aku merasa begitu bebas dan punya kuasa atas diriku sendiri. Aku bahagia dengan apa yang aku miliki. Pun aku tidak pernah keberatan karena tidak memiliki apa yang sudah dimiliki orang- orang lain. Aku merasa begitu baik- baik saja dengan apa yang ada. Dan yang paling penting adalah aku bisa merasa begitu bahagia…
Namun hari tetap berlari hingga kemudian aku bertatap muka dengan siang yang muntahkan aku pada kesadaran tentang keegoisan serta idealisme seorang aku. Dan aku mulai merasa begitu tertinggal dari yang lain. Aku merasa tak mampu beri bahagia dan bangga bagi semua yang ada disekitarku. Dan aku merasa begitu bodoh karena punya tingkat egois dan idealisme terlampau tinggi. Dan aku mulai mempermasalahkan apa yang belum aku punya. Kemudian aku merasa sungguh gagal…
Pun kini hari sudah semakin rapat dengan sore. Sebuah pesan pendek kuterima dari seorang sahabat, Ratri. Beberapa baris kalimat tertera disitu…
“Bad news, Ai. Aku dah ga punya teman kerja lagi. Dah dipecat seminggu yang lalu. Nganggur lagi. Cobaan lagi…”
Kemudian beberapa rasa terasa berkumpul. Yang paling awal terasa adalah terkejut. Kupikir Adri dan Ratri sedang hidup dalam lingkaran kenyamanan. Kupikir mereka sedang asyik memadu hidup bersama senyuman. Ternyata tidak!!!Kemudian aku merasa sedikit melega. Kenapa? Karena aku merasa tidak sendiri. Aku merasa sedang tertinggal di suatu titik dengan beberapa sahabat yang begitu setia. Lalu aku mempertanyakan; Apa kesetiaan persahabatan harus dibuktikan dengan cara seperti ini? Apa harus? Aku, Ratri, Adri dan Naen sedang berada pada titik yang sama. Kami sebenarnya sedang menangis bersama- sama. Kami sedang saling menggenggam tangan dan enggan ditinggalkan. Lalu jalan terbaik adalah salah satu diantara kami harus berdiri lalu kembali berlari meraih mimpi sambil menarik tangan kami. Mungkin dengan cara itulah kami bisa lepas dari titik kali ini.
Terus terang, aku begitu bosan harus terus menuliskan keremangan seperti ini. Aku begitu lelah terus merasai lelah ini. Aku begitu ingin mengganti tema Asunaro. Mengganti keremangan ini menjadi kehangatan bahagia. Kapan waktunya? Semoga segera…
Aku sedang begini…
Yang kutahu Adri dan Ratri sedang mendung…
Lalu bagaimana dengan Naen?
Apa dia juga sedang meremang?
Ataukah dia sedang bergelimang senang?
Aku yakin kami sama…
Karena kami adalah sahabat setia…
Hari benar mendung
14:55
1 comment:
Sedang tak ingin apa2,tak tau harus bagaimana,tak menghilang,juga tak ingin dipisahkan. Hanya ingin diam. Membekukan otak, memasung raga, membiarkan semua berjalan semaunya.Aku sedang lelah. Beri aku waktu untuk bisa menarik nafas lagi. Maaf jika telah menyinggung rasa. Maaf telah membuatmu kehilangan.(RATRI)
Post a Comment