Mojokerto
April 2009
Di sebuah Kamis pagi
Dengan semangat hidup yang tergerai indah
11:09
Hatinya begitu ranum oleh semangat hidup yang tergerai lepas menghampar di sebuah kesekarangan hidup. Setelah beberapa masa yang dulu dia terhempas dalam sebuah kesepian dan kekecewaan yang begitu menjurang dalam. Lalu dia sedikit teteskan airmata sia- sia hanya demi dapati secercah kelegaan hati. Wanita itu sempat juga meragu semua yang ada. Baginya semua hanyalah properti hidup yang bisa dengan mudah dipermainankan oleh orang lain dan mempermainkan dirinya. Itulah yang kemudian membuatnya semakin berat menyeret langkah. Dia sempat berhenti beberapa jenak masa sambil mencari- cari penguat jiwa. Dia jarang menangisi. Tapi dia menangis begitu miris kala itu…
Dia sebenar- benarnya adalah seorang Belva Purnama…
Meski dia sempat menyulap diri hingga tersaji sebagai Vaska Alteria…
Itu karena dia tak lagi tahan pada tekanan hidup pribadinya…
Tapi kini dia sadar bagaimanapun dia harus kembali pada yang sebenarnya…
Pagi ini kesadarannya kembali. Petualangan hati yang sempat jadi candunya kini akan segera dia sembuhkan. Tanpa paksaan. Dia sudah kembali pada sebuah kesadaran bahwa bersembunyi hanyalah sebuah kesia- siaan yang nantinya akan berujung pada bentuk kecewa lain. Dan dia sudah jera merasa kecewa. Lalu dia berkeputusan untuk sembuhkan diri dari candunya pada arena penjajalan hati dan rasa…
Wanita itu sempat menyatakan beberapa lelaki maya. Dengan mereka kemudian dia menjajal keteguhan hatinya. Dia merasa begitu yakin bahwa rasanya akan selamanya berkiblat hanya pada seorang lelaki. Yaitu seorang Delvin Teman. Dia selalu punya cara tak lazim dalam mencinta lelaki nyata itu hingga lelaki itu sering merasa tak dicinta. Namun sampai sekarangpun mereka tetap bersama. Mungkin bedanya hanya terletak pada kekhusyukannya dalam berbagi cinta, hati, kata dan rasa. Tapi dia tetap yakin bahwa hatinya hanya selalu termiliki oleh Delvin Teman.
Hati mudanya sempat melamar rasa pada sebuah hati berpanggilan Fabian Rahman yang bermukim begitu dekat dengan tempat orang tuanya tinggal. Rasa cintanya kala itu masih begitu tak berpengalaman. Orang bilang cinta monyet. Tak ada pengharapan. Dia hanya ingin terus mengagumi lelaki yang enam tahun lebih dewasa darinya itu. Dia tak pernah berani bertatap hati dengan Fabian. Mereka sama sekali tak pernah bersentuhan rasa karena ternyata lelaki itu hanya menganggapnya sebagai bocah. Namun dia mampu menjaga hatinya hanya untuk lelaki dewasa itu. Lama sekali dia mengkiblat pada Fabian. Berhari- hari. Bahkan ribuan hari…
Dia kemudian merasa ada yang beda dari dirinya. Hati dewasanya mulai memudarkan bayangan rasanya untuk Fabian. Rasa itu tiba- tiba menyamar. Terganti oleh seorang Abira Bashay yang juga enam tahun lebih dewasa darinya kala itu. Sebuah pertautan hati tanpa sekalipun dia mengucap cinta ke lelaki itu. Karena dia dulu adalah jenis manusia yang pantang berkata cinta. Mereka menggenggam rasa yang sama meski tak begitu lama. Tak lebih dari dari empat bulan saja. Lalu lelaki itu berlalu pergi begitu jauh sambil membawa serta hati Belva. Lalu dia terpaksa harus menghirup hidup tanpa cinta. Hatinya terlanjur mencandu Abira hingga dia kemudian secara sukarela menunggu tanpa pasti. Dia menanti sambil terus mengutuki cinta. Tiga tahun kemudian penantiannya terhenti paksa. Bukan karena dia sudah terlalu letih dan kecewa. Tapi dia hanya mau menghargai wanita entah yang telah dipilih Abira untuk jadi belahan jiwanya. Abira menikah! Lalu Belva sempat begitu kecewa dan lebih mengutuki cinta. Meski dia tak pernah mengiyakan saat Abira memintanya menunggu tapi sebenarnya hatinyalah yang berjanji teguh. Abira tak pernah tahu tentang penantiannya itu…
Kemudian sayap cinta Belva mengepak pada seorang Qasim Revaza. Lelaki yang mencintanya dengan beberapa keping kesabaran dan beberapa kuntum kesetiaan yang indah. Namun, jarak terlalu susah untuk dimengerti. Meski bahasa dan budaya sempat mengendala, tapi mereka masih mantap saling tapaki rasa. Namun, Belva akhirnya menyerah pada ketidakpastian. Dia menghapus diri dari nyawa lelaki setia itu…
Dia lalu melanjutkan langkah ke sekatan hidup yang lain. Kemudian tanpa sengaja bertemu rasa dengan seorang Delvin Teman yang kini telah menjadi kiblat sejatinya. Sejak dua ribu empat lalu…
Namun Belva tak pernah puas menjajal hati. Dia terlalu yakin atas kekuatan rasanya. Lalu dia sempat bermain rasa dengan Jahfal Firdaus Imantika, Omar Randu, Muhammad Safri…
Dan kini dia sedang merasa begitu ingin memandu hati kearah Yovano. Sebentuk maya yang selalu hadir disisi lemah wanita itu. Yang selalu mamagut kepedihan dan airmatanya…
Tapi sebelum semua kembali mencandu, dia mau lebih khusyu’ pada lelaki belahan jiwanya. Dia mau kembali menghamba hati hanya untuk Delvin Teman…
Dia memohon maaf begitu besar pada semua nama itu…
Terimakasih atas semua rasa yang sempat ada…
Kini dia merasa begitu merindu lelakinya yang sejati…
Dia mau kembali setiakan hati…
12:13
Dia mau sembuhkan candu hatinya...
No comments:
Post a Comment