Kediri
April 2009
Kala hari berpanggilan Rabu meski terasa seperti Kamis
16:39
Jalanan begitu basah oleh hujan manis yang datang bersama mendung siang. Udara sore ini kemudian mengendur dan lelehkan segar. Aroma tanah baru basah tercium, meski tak begitu jelas diindra. Para pengendara juga semakin mempercepat gerak roda. Mungkin mereka enggan rasai segarnya bumi sendirian. Mereka ingin mendekap sore bersama semua yang ada dihatinya…
Kediri sore ini begitu serupa dengan Malang. Udara ranumnya mempunyai rasa yang sama dengan Malangku kala itu. Gerimis manisnya juga sama. Kelenggangan jiwaku juga sama dengan dulu. Dimana aku sebenarnya sekarang?
Gerimis berhenti meringis. Langit kemudian lambat memutih. Menggiring mendung sedikit menjauh dari bumi Kediri. Mungkin agar aku bisa dengan pasti menjawab keberadaanku sekarang. Agar aku yakin benar bahwa aku sedang di Kediri. Bukan di Malang. Meski sore ini keduanya berasa sama…
Pelita Indah baru saja melaju ringan di jalan depan…
Malam nanti aku punya rencana. Bersama beberapa karib perjuangan disini…
Tiba- tiba aku menjadi begitu malas mengulas apapun. Aku mau berhenti saja. Meski gerimis tak lagi meringis tapi udara terasa sedikit lebih dingin sekarang…
Aku cuma mau bilang kalau nanti malam aku akan kembali bertegur mata dengan Café Minie. Bersama beberapa teman karib. Merayakan perpisahan teman dengan kota tahu ini. Temanku itu kini merasai apa yang dulu kurasai. Aku dulu juga sudah pernah mengucap salam berpisah pada Kediri. Karena aku mau melenggang pergi ke belahan tanah bumi lainnya. Kini dia yang merasainya. Dan temanku itu berpanggilan Iir…
Semoga aku bisa kembali nikmati pikuk malam…
16:54
2 comments:
back to kediri
back to cafe minie :D
kapan ya bisa ke cafe minie?
Belum nulis lagi ya?Padahal aku dah nunggu tulisan2mu yang baru...(RATRI)
Post a Comment