Kediri
Pada awal bulan Desember 2008
Di sebuah hari bernama Senin yang (pasti) tidak akan berulang…
22.04
Malam sudah semakin melarut namun aku masih setia pada dunia luar. Aku merasa lebih bebas berada diluar karena udara bersih ini begitu erat pengaruhi hatiku.
Aku baru saja menitipkan bagian hidupku di sebuah tempat bernama Juice 22. Bersama seorang lelaki yang sampai saat ini masih rela membagi hidup dengan seorang manusia sepertiku. Meski sedang bersama, rasanya nyawa kami sedang menatap dunia yang beda. Aku sedang menyenggamai layar berisi kata ini sedangkan dia sedang bermesraan dengan layar lain dengan tombol kecil bernama handphone. Gelas juice apokat kami masih hampir penuh karena kami baru saja mengisi daftar hadir disini.
Lalu aku merasa ada yang masih perlu ditunggu kehadirannya. Sedikit hal yang masih kurang. Biasanya aku berteman beberapa batang rokok yang selalu mengajak serta asap dan api kecil yang artistik itu. Sekarang rasanya tidak begitu mungkin. Aku tidak sedang berada di ruang pribadiku dan aku tentu saja tidak mau dianggap murah dengan membiarkan putung rokok menyentuh bibirku.
Aku dan dia sedang bersama- sama singgungi bumi di larut ini. tetap saja kami memutuskan untuk menikmati malam dengan cara masing- masing. Aku tetap dengan otak dan isinya, sedangkan dia dengan sebatang rokok A Mild dan Mirc-nya. Aku tidak keberatan dengan semua yang ada sekarang.
Beberapa lelaki malam masih berusaha nikmati heningnya malam. Beberapa diantaranya membentuk koloni lalu memperbincangkan topik ringan meski aku yakin sepenuhnya bahwa otak besarnya tidak hanya berisi hal- hal ringan yang kali ini sedang tersaji dalam meja koloni mereka. Ada juga koloni lelaki malam yang sengaja menghabisi malam bersama beberapa teguk minuman haram. Tidak ada perasaan resah apalagi takut meski mereka beradius sangat dekat denganku. Bisa jadi jiwa pengecutku sedang menciut hingga aku dengan santainya berlayar dalam kapal malam yang sama dengan mereka semua.
Sebenarnya jiwaku tidak sedang goyah atau bahkan bersedih hingga sangat sulit bagiku untuk menikahkan deretan huruf- huruf ini menjadi kata- kata indah penggugah nyawa. Alasanku hadir disini hanya karena aku mau merekam masa ini, sebuah masa yang pasti takkan berulang (untuk alasan apapun) hingga membuatku merasa siap terus melangkah maju karena merasa punya media untuk kembali merindui lalu sedikit cicipi masa sekarang. Suatu saat dimasa depan nanti pasti aku akan kembali rindui semua yang sedang aku rasai malam ini.
Meski malam sudah melarut, lebih larut dari sebelumnya, tapi dingin masih juga enggan rapati ragaku. Masih saja aku merasa nyaman dengan semua yang ada. Aku masih tidak keberatan merekam hari disini meski seharusnya aku berada di ruang pribadiku.
Wajah para lelaki pencumbu malam itu tidak tertangkap jelas karena memang malam begitu erat memandu kelam bersamanya. Yang aku pastikan adalah mereka juga sedang mencari cara mengucapkan selamat datang pasti hari berikutnya.
Aku harus segera berakhir karena layar ini tidak mengijinkan aku menyenggamai malam dengan intensitas lebih tinggi lagi. Maka baiklah aku akan undur diri lalu meningkatkan konsentrasi pada juice apokat yang masih beberapa senti berkurang ini. Aku masih belum ahli membagi konsentrasi hingga semua hal harus dilakukan satu persatu.
Aku ingin merekam hari meski tak ada kata yang terdorong keluar dari ingatan…
Aku kembali mencintai malam…
Bahkan belakangan ini aku jadi jauh lebih mencintainya…
Mungkin karena hatiku sedang kurang berasa…
22.35
Terhenti oleh sebuah kondisi
No comments:
Post a Comment