Tuesday, April 7, 2009

Televisi....


Mojokerto
Pada sebuah Senin muda
Tertanggal 6 April 2009
10:44


Huuhh…Akhirnya aku bertemu kembali dengan hari ini. Sebuah Senin. Sebuah kesendirian lagi. Lelaki itu sudah melebur bersama udara pagi tadi. Apalagi kedua orang tuaku yang menjemput pagi di halte terawal. Akulah yang sendiri disini. Bersama beberapa helai harapan kosong karena nyatanya aku masih begitu enggan berharap lagi. Well, sebenarnya aku tidak begitu sendirian. TV masih nyaman menjadi temanku pagi ini. Lampu putih ruang tengah inipun sengaja kuminta menggantikan kehadiran matahari yang tertutup dinding. Aku segera menghela nafas dalam. Tak tahu juga untuk tujuan apa…

RCTI sedang menampilkan tayangan rating tingginya, Dahsyat, yang bernyawakan Olga Syahputra, Raffi Ahmad juga Luna Maya yang adalah wanita sempurna bagi lelaki mayaku kala itu. Omar Randu begitu menyanjung tinggi Luna Maya. Lalu aku mulai tidak menyukai Luna. Maafkan aku, Luna.

Lalu Global TV sedang menghiburku melalui telenovelanya, Marichuy. Sedikit melawan arus hiburan masa kini yang sedang begitu didominasi oleh program musik pop Indonesia yang sekarang jadi penguasa di negerinya sendiri. Meski demikian, telenovela sempat juga menjadi ratu di jagad hiburan negeri merah putih ini. Hampir semua stasiun TV gandrung menayangkan telenovela, mulai dari Maria Marcedes, Maria Cinta yang Hilang, Kassandra, Rosalinda dan entah apalagi.

Sedangkan Trans 7 sedang asyik menyajikan 60 Minutes-nya. Sebuah acara musik yang dipadukan dengan beberapa tantangan untuk beberapa remaja ibukota yang sengaja dicari pembawa acara di beberapa tempat. Kali ini tantangannya bernama Tantangan Suit Istimewa. Beberapa remaja itu diadu suit dengan sesamanya. Yang kalah harus makan telur, mentega atau susu coklat yang sudah tersedia rapi diatas meja taruhan. Dan pemenangnya mendapat tunai Rp.350.000. Taruhan selesai. Sekarang waktunya D’Masiv datang dengan Cinta Sampai Disini…

Aku mengganti channel TV.

Kini sedang terhenti di Trans TV yang sedang nyaman mengumpulkan Rupiah melalui penayangan iklan- iklan seperti Molto Ultra, Shower to Shower, Rexona, Sprite Zero (aku masih belum sempat mencoba rasa baru ini. Mungkin kapan- kapan saja), Citra sabun cair, Sunlight dengan agen 1000 nya. Selesai. Sekarang sedang ada Insert. Program gosip unggulan halte TV ini. Berita pernikahan Nirini dan Ernest. Baiklah, semoga mereka berbahagia. Selamanya. Amin. Tapi sayangnya aku tidak terlalu tertarik pada pernikahan bintang itu. Sama sekali tidak terlalu ingin tahu. Artinya, aku masih bersedia menonton meski tak terlalu memasang telinga dan mata untuknya.

Well, aku ingat beberapa tahun yang lalu. Saat aku masih dicatat mahasiswa Sastra Inggris Universitas Brawijaya Malang angkatan tahun 2001. Kala itu aku menobatkan diri sebagai Manusia Bebas Asap TV. Bukan asap rokok lho! Mmmmm…kala itu aku dengan pertimbangan khusus mencanangkan batas maksimal jam nonton TV. Cuma 2 jam sehari semalam. Jadi aku masih harus mencari- cari kegiatan lain untuk dilakukan dalam 22 jam sisanya. Tidur, ibadah, membaca, belajar, mencari uang saku tambahan dan bersenang- senang masuk dalam daftar kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Dan aku berhasil!!! Hingga sekarangpun aku tidak terlalu hobby nonton TV. Bahkan bagiku sekarang TV lebih berperan sebagai teman yang menambah gempita rumah. Bukan sebagai sarana hiburan wajib tonton. Meski demikian aku hampir tidak pernah menjadikan TV sebagai nada nina bobo mengantarku menjemput mimpi. Bagiku, begitu tidak pantas membiarkan TV menyala sedang kita sendiri sedang tidak menyala. Gunakan energi sesuai dengan kebutuhan. Aku tergolong bawel dalam hal ini.

Kembali menghela nafas panjang. Juga dalam. Terasa sedikit lega rasanya…

Lalu kini aku beralih ke SCTV yang kebetulan sedang merubah diri jadi wahana iklan. Beberapa iklan bergantian tampil di layar. Tak perlu aku sebutkan.

Sebentar, aku perlu ke kamar mandi dulu. Nescafe original 3 in 1 tadi pagi rupanya sudah menunjukkan taringnya. Aku jadi lebih sering pipis. Ups, maaf…

Sudah…

Aku ingin makan. Sebenarnya. Alasannya bukan karena lapar. Tapi karena menunya yang begitu menggugah lidahku untuk kembali merasai. Menu sederhana. Namun pengaruhnya begitu kuat mengikat lidahku. Sambal tomat pedas ditambah lalap kacang panjang muda dipadukan ikan bandeng, pindang dan tempe. Wiueeehhh, benar- benar menyayat lidah. Tapi aku akan menahan diri. Menunda diri untuk tidak makan barang beberapa lama lagi. Jarak makan pagiku masih terlalu pendek. Cuma 3 jam. Kupikir waktunya harus diperpanjang dulu. Setidaknya sampai 4,5 atau 5 jam. Baiklah, aku harus berhenti membahas menu. Bukan lambung yang marah, melainkan lidah yang mungkin akan semakin ngambek.

Menghela nafas panjang lagi…

Apalagi yang harus kutuangkan ya?!!
Belum ada ide lagi tuh…

Aduh, aku tidak lagi tahan mendengar rengekan lidahku. Aku makan sekarang. Demi lidah. Bukan demi kepentingan lambung….

Aku makan dulu ya…


11:47
Diakhiri dengan ritual mengisi perut…
Manusiawi sekali…

No comments: