Saturday, April 4, 2009

Disaat apa yang ada terasa begitu tak berasa...


(Sayangnya aku masih juga di) Kediri
Sehari setelah pernikahan Adri dan Ratri…
Pada sebuah malam yang terasa begitu senyap meski semua masih belum terlelap…
21.43



Aku merasa sedang terhempas begitu jauh dari yang dinamakan kenyamanan hidup meski dengan sekuat rasa aku berusaha tetap berada di tengah hingar- bingar dunia malam. Nyatanya aku merasa ada saja bagian yang hampa. Tawa- tawa yang terdengar bukanlah dariku. Aku hanya membisu sendiri dengan notebook ini. Berusaha menikmati dunia lewat sebuah layar 14” yang bisa dengan sabarnya membawaku pada apa yang kuingini. Pada sebuah malam temaram

Terlalu banyak yang sedang kutahan rapat karena aku tidak yakin dengan kemampuanku dalam mengkonversikannya dalam bentuk kata bernyawa.

Sejenak kuhirup aroma bunga itu. Empat batang bunga Sedap Malam yang memang kukagumi karena aroma sedapnya di malam hari. Menghela nafas sambil merapikan beberapa helai rambut yang menjuntai tak sedap dipandang. Meski aku sedang hanya berteman entah, tetap saja aku merapikannya, dengan alasan kenyamanan menangkap rasa.

OST. Cayman Island by Kings of Convenience
Bahkan denting senyaman inipun masih saja gagal ubah tema hatiku.

Yang aku rasa adalah kehilangan semua yang ingin kurasai. Kehilangan entah apa, yang jelas aku merasa sangat kehilangan. Rasanya tidak ada lagi yang bisa dirasai. Dan, percayalah ini rasanya begitu menganggu. Disaat apa yang ada terasa begitu tak berasa.

Permainanku dengan lelaki mayaku itu juga sudah tidak lagi bisa menyalakan jiwa padamku. Yang sedang aku lakukan bersamanya hanyalah berusaha mempertahankan posisi agar aku tidak jadi pecundang dalam permainan hati ini. Hanya itu saja. Aku baru bisa keluar dari arena saat dia benar- benar yakin aku terlalu berharga untuk begitu saja dilepaskan bahkan dilupakan. Itu saja tujuan akhirku. Bukanlah semua pasti mau jadi pemenang dalam setiap permainan? Begitu manusiawi karena memang aku hanyalah manusia bernyawa biasa.

Buku- buku itu bukan lagi teman yang baik. A Mild ataupun LA Light juga tidak terlalu setia padaku lagi. Bahkan dering handphone pun tidak terlalu menarik perhatianku lagi, kecuali deretan nomor lelaki mayaku itu yang tampil dilayar. Itupun hanya dengan obsesi menjadi pemenang. Intensitasku bersinggungan dengan nada kata juga sudah semakin menurun. Aku sedikit meragukan kemampuanku menulis kata hati. Para kolega nyata juga sedang nyaman dengan kehidupannya sendiri sehingga sangat tidak mungkin aku kemudian datang terlalu sering hanya untuk berbagi jeritan. Mereka tidak akan bisa mendengarnya karena terlalu lirih, mungkin. Lalu aku mau kemana sekarang?

Tiba- tiba aku merasa ada yang akan menyembuhkanku. Menghambakan waktu sejenak pada film! Baiklah, aku akan segera mengawalinya sekarang. Kalaupun tidak sekarang, setidaknya aku akan segera melakukannya. Really soon!



Aku pamit sekarang…
22.12

No comments: