(Masih) bersetting Kediri
10:14
10 November 2008, di suatu Senin pagi….
Indahnya sebuah kehampiran…
Udara masih juga bersahabat. Langitpun masih memilih warna kelabu untuk membuka hari ini. Hari ini tidak bisa dikatakan cerah tapi karenanya hatiku menjadi tenang karena merasa tidak sedang diburu mentari yang kadang datang bawa gerah. Aku merasa nyaman…
Cuaca seperti inilah yang selalu aku cinta. Dan kini kudapati di Kediri. Aku baru sadar kalau ternyata Kediri juga mempunyai deposit cuaca seperti ini. Atau mungkin dulu aku masih terlalu tidak bisa menerima kenyataan bahwa Kediri adalah setting hidupku jadi semuanya terasa jauh dari kata indah. Meski sekarangpun aku masih merasa biasa- biasa saja terhadap kota tahu ini…
Well, ini kedua kalinya aku menulis dengan hati yang tak sedang teriris miris. Aku sedang nikmati pagi dengan nyamannya. Serasa tidak ada beban apapun yang sedang bertengger di pundakku. Rasanya begitu ringan. Menurut perkiraanku, hal ini merupakan efek kehampiran yang sedang aku alami. Hampir beralih ke tahap dan (mungkin) setting kehidupan lainnya. Selanjutnya masih berupa misteri jalan tak bercahaya…
Biasanya sesuatu yang akan ditinggalkan akan tiba-tiba melahirkan keindahan hingga makhluk fana sepertiku akan merasa berat melangkah ke jalan lain. Namun entah karena apa, hal itu tidak terjadi padaku. Aku hanya merasa ringan. Tidak terlalu terjebak dalam dilema keindahan masa yang hampir disebut sebagai masa lalu ini. Semuanya tampak biasa saja sehingga aku merasa “ya sudahlah, mungkin memang masaku di Kediri sudah habis dan aku memang sedang ingin merasai setting kehidupan lainnya”. That’s all! Terkesan begitu sederhana meski aku tidak berusaha menyederhanakannya…
Aku berusaha memanggil kembali ingatanku tentang kota ini beserta semua komponen di dalamnya. Memang aku bisa memanggilnya kembali tapi semuanya terasa biasa. Semuanya terasa tidak perlu terlalu ditangisi. Bukannya tidak berkesan tapi terkesan biasa saja. Entah apa penyebabnya…
Sebuah “kehampiran” memang adalah puncak keindahan. Semua terasa begitu patut dinikmati. Kini aku mulai berharap untuk selalu berada dalam fase kehampiran seperti ini. Hampir meninggalkan masa sekarang dan hampir tapaki jalan gelap lainnya…
OST. Malaikat Juga Tahu oleh Dewi Lestari.
“Namun tak kau lihat terkadang malaikat tak bersayap tak cemerlang tak rupawan…”
Sampai detik ini aku masih juga menggagumi Lukman Sardi. Hebat!
I do love the almostness…
Kubiarkan waktu terus berlalu agar aku beralih pada kehampiran yang lainnya…
Semoga hari ini benar indah…
Tanpa serangan I hate Monday syndrome…
10:38
No comments:
Post a Comment